Khamis, 22 Mei 2008

Membedakan Zionisme dari Yahudi

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, sikap toleransi yang wajib diperlihatkan kaum Muslimin terhadap orang-orang ahli kitab telah terbukti sepanjang sejarah Islam. Selama berabad-abad, umat Islam memperlakukan kaum Yahudi dengan sangat bersahabat dan mereka menyambut persahabatan ini dengan kesetiaan. Namun, hal yang telah merusak keadaan ini adalah Zionisme.
Zionisme muncul pada abad ke-19. Dua hal yang menjadi ciri menonjol Eropa abad ke-19, yakni rasisme dan kolonialisme, telah pula berpengaruh pada Zionisme. Ciri utama lain dari Zionisme adalah bahwa Zionisme adalah ideologi yang jauh dari agama. Orang-orang Yahudi, yang merupakan para mentor ideologis utama dari Zionisme, memiliki keimanan yang lemah terhadap agama mereka. Bahkan, kebanyakan dari mereka adalah ateis. Mereka menganggap agama Yahudi bukan sebagai sebuah agama, tapi sebagai nama suatu ras. Mereka meyakini bahwa masyarakat Yahudi mewakili suatu ras tersendiri dan terpisah dari bangsa-bangsa Eropa. Dan, karenanya, mustahil bagi orang Yahudi untuk hidup bersama mereka, sehingga bangsa Yahudi memerlukan tanah air tersendiri bagi mereka.
Hingga saat kemunculan Zionisme di Timur Tengah, ideologi ini tidak mendatangkan apapun selain pertikaian dan penderitaan. Dalam masa di antara dua perang dunia, berbagai kelompok teroris Zionis melakukan serangan berdarah terhadap masyarakat Arab dan Inggris. Di tahun 1948, menyusul didirikannya negara Israel, strategi perluasan wilayah Zionisme telah menyeret keseluruhan Timur Tengah ke dalam kekacauan.
Titik awal dari Zionisme yang melakukan segala kebiadaban ini bukanlah agama Yahudi, tetapi Darwinisme Sosial, sebuah ideologi rasis dan kolonialis yang merupakan warisan dari abad ke-19. Darwinisme Sosial meyakini adanya perjuangan atau peperangan yang terus-menerus di antara masyarakat manusia. Dengan mengindoktrinasikan ke dalam otak mereka pemikiran “yang kuat akan menang dan yang lemah pasti terkalahkan”, ideologi ini telah menyeret bangsa Jerman kepada Nazisme, sebagaimana orang-orang Yahudi kepada Zionisme.
Kini, banyak kaum Yahudi agamis, yang menentang Zionisme, mengemukakan kenyataan ini. Sebagian dari para Yahudi taat ini bahkan tidak mengakui Israel sebagai negara yang sah dan, oleh karenanya, menolak untuk mengakuinya. Negarawan Israel Amnon Rubinstein mengatakan: “Zionisme adalah sebuah pemberontakan melawan tanah air (Yahudi) mereka dan sinagog para Pendeta Yahudi”. (Amnon Rubinstein, The Zionist Dream Revisited, hlm. 19)
Pendeta Yahudi, Forsythe, mengungkapkan bahwa sejak abad ke-19, umat Yahudi telah semakin jauh dari agama dan perasaan takut kepada Tuhan. Kenyataan inilah yang pada akhirnya menimpakan hukuman dalam bentuk tindakan kejam Hitler (kepada mereka), dan kejadian ini merupakan seruan kepada kaum Yahudi agar lebih mentaati agama mereka. Pendeta Forsythe menyatakan bahwa kekejaman dan kerusakan di bumi adalah perbuatan yang dilakukan oleh Amalek (Amalek dalam bahasa Taurat berarti orang-orang yang ingkar kepada Tuhan), dan menambahkan: “Pemeluk Yahudi wajib mengingkari inti dari Amalek, yakni pembangkangan, meninggalkan Taurat dan keingkaran pada Tuhan, kebejatan, amoral, kebiadaban, ketiadaan tata krama atau etika, ketiadaan wewenang dan hukum.” (Rabbi Forsythe, A Torah Insight Into The Holocaust, http://www.shemayisrael.com/rabbiforsythe/holocaust.)
Zionisme, yang tindakannya bertentangan dengan ajaran Taurat, pada kenyataannya adalah suatu bentuk fasisme, dan fasisme tumbuh dan berakar pada keingkaran terhadap agama, dan bukan dari agama itu sendiri. Karenanya, yang sebenarnya bertanggung jawab atas pertumpahan darah di Timur Tengah bukanlah agama Yahudi, melainkan Zionisme, sebuah ideologi fasis yang tidak berkaitan sama sekali dengan agama.
Akan tetapi, sebagaimana yang terjadi pada bentuk-bentuk fasisme yang lain, Zionisme juga berupaya untuk menggunakan agama sebagai alat untuk meraih tujuannya.

Penafsiran Taurat yang Keliru oleh Kaum Zionis
Taurat adalah kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Musa. Allah mengatakan dalam Alquran: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi),...” (QS. Al-Maa-idah, 5:44). Sebagaimana pula dinyatakan dalam Alquran, isi Taurat di kemudian hari telah dirubah dengan penambahan perkataan manusia. Itulah mengapa di zaman sekarang telah dijumpai “Taurat yang telah dirubah”.
Namun, pengkajian terhadap Taurat mengungkap keberadaan inti ajaran-ajaran Agama yang benar di dalam Kitab yang pernah diturunkan ini. Banyak ajaran-ajaran yang dikemukakan oleh Agama yang benar seperti keimanan kepada Allah, penyerahan diri kepada-Nya, bersyukur kepada-Nya, takut kepada Allah, mencintai Allah, keadilan, cinta, kasih sayang, menentang kebiadaban dan kedzaliman tertulis dalam Taurat dan bagian-bagian lain dari Kitab Perjanjian Lama.
Selain itu, peperangan yang terjadi sepanjang sejarah dan pembantaian yang terjadi ini dikisahkan dalam Taurat. Jika seseorang berniat untuk mendapatkan dalil – meskipun dengan cara membelokkan fakta-fakta yang ada – untuk membenarkan tindakan keji, pembantaian dan pembunuhan, ia dapat dengan mudah mengambil bagian-bagian ini dalam Taurat sebagai rujukan untuk kepentingan pribadinya. Zionisme menempuh cara ini untuk membenarkan tindakan terorismenya, yang sebenarnya adalah terorisme fasis, dan ia sangat berhasil. Sebagai contoh, Zionisme telah menggunakan bagian-bagian yang berhubungan dengan peperangan dan pembantaian dalam Taurat untuk melegitimasi pembantaian yang dilakukannya terhadap warga Palestina tak berdosa. Ini adalah penafsiran yang tidak benar. Zionisme menggunakan agama sebagai alat untuk membenarkan ideologi fasis dan rasisnya.
Sungguh, banyak orang-orang Yahudi taat yang menentang penggunaan bagian-bagian Taurat ini sebagai dalil yang membenarkan pembantaian yang dilakukan terhadap warga Palestina sebagai tindakan yang benar. The Neturie Karta, sebuah organisasi Yahudi Ortodoks anti Zionis, menyatakan bahwa, nyatanya, “menurut Taurat, umat Yahudi tidak diizinkan untuk menumpahkan darah, mengganggu, menghina atau menjajah bangsa lain”. Mereka menekankan lebih jauh bahwa, “para politikus Zionis dan rekan-rekan mereka tidak berbicara untuk kepentingan masyarakat Yahudi, nama Israel telah dicuri oleh mereka”. (Rabbi E. Schwartz, Advertisement by Neturei Karta in New York Times, 18 Mei 1993)
Dengan menjalankan kebijakan biadab pendudukan atas Palestina di Timur Tengah dengan berkedok “agama Yahudi”, Zionisme sebenarnya malah membahayakan agama Yahudi dan masyarakat Yahudi di seluruh dunia, dan menjadikan warga Israel atau Yahudi diaspora sebagai sasaran orang-orang yang ingin membalas terhadap Zionisme.

rujukan :http://www.harunyahya.com/indo/artikel/049.htm

Teori Dan Ideologi Palsu Pesongkan Dunia

SIGMUND FREUD
Definisi Teori
Dewasa ini, terlalu banyak teori atau ideologi tersebar dan diperkatakan dalam dunia ini. Samada ianya diperdebatkan, diterima atau ditolak. Jika ditinjau dari skop politik, ekonomi atau sastera, semuanya mempunyai teori tersendiri. Dalam sastera melayu, pelbagai teori dicipta dan dibahaskan. Mutakhir ini, terdapat keghairahan dan keberahian sarjana dan pengarang sastera dalam mencetuskan teori baru sastera. Sesuatu yang perlu dibangkitkan; untuk apa semua teori ini? Relevankah ia?
Apakah yang dimaksudkan dengan teori? Teori boleh dimaksudkan begini: pendapat (bersifat pandangan yang tidak dapat dibuktikan dengan kukuhnya) yang dikemukakan untuk menerangkan sesuatu perkara dan sebagainya.
Protokol Cendekiawan Zionis Sedunia ke IX menyebut perihal teori dan ideologi. Bunyinya: Kita telah memperbodohkan, membingungkan dan mengotori pemikiran remaja goyim (bukan Yahudi) dengan mendidik mereka melalui prinsip dan teori yang walaupun kita tahu palsu, kitalah yang menciptanya.
Protokol kontroversi ini mengandungi 24 bab atau bahagian. Ia merupakan dokumen sulit yang menerangkan survival bangsa Yahudi pada masa 100 tahun. Dokumen ini mulanya didedahkan Sergius A Nilus.
Tiada bukti jelas siapa penulis dan mastermind protokol ini, tetapi ada spekulasi menyatakan ia diilhamkan oleh seorang wartawan Yahudi, Theodor Herzl yang juga dikenali sebagai bapa zionis. Kaum Yahudi dalam surah al-Baqarah dikutuk kerana kejahatan dan kedegilan mereka. Beratus nabi telah dibunuh oleh mereka, misalnya Nabi Zakaria. Pendeta mereka terkenal sebagai ulama yang mengubahsuai kitab Injil, Zabur dan Taurat.
Terdapat cerita yang dipanggil Israeliyat, iaitu ciptaan pendeta mereka untuk menyesat dan memesongkan masyarakat awam.
Yahudi diketahui bergiat aktif dalam semua bidang kehidupan, terutama bidang teras atau utama seperti ekonomi dan politik.
Dalam dunia pemikiran, Yahudi tidak terkecuali. Untuk memukau pemikiran dunia, kadangkala mereka menunggang golongan intelektual bangsa goyim, selain tokoh mereka sendiri.

Penyebar Fahaman Yahudi
Tiga nama yang jelas disebut dalam Dokumen ke-IX adalah Karl Marx, Friedrich Nietzsche dan Charles Darwin. Mereka disebut sebagai tokoh berjaya membawa misi yang dikehendaki Yahudi. Kita ketahui juga, antara pemuka tulen Yahudi adalah Karl Marx, Sigmund Freud dan Lenin. Manakala di pihak goyim, termasuk George Bernard Shaw, Rosseaou, Darwin atau Nietzche.
Empat nama terakhir bukan berdarah Yahudi, tetapi dipercayai menjadi boneka dan dipergunakan secara sedar atau tidak oleh zionis dalam menjayakan misi mereka.
Shaw, penulis dan ahli falsafah British itu, seorang ahli aktif Kelab Fabian, sebuah persatuan anjuran Yahudi, selain Freemason dan Allience Israelite Universelle.
Dalam dunia politik, komunisme atau sosialisme diketahui jelas sebagai pembawaan dakyah atau agenda Yahudi.
Dengan fahaman komunis dan sosialis, mereka menggerakkan agenda revolusi untuk kehancuran dunia dan mengutip laba dalam politik, ekonomi dan sosial. Ini dibuktikan melalui kejayaan revolusi di Russia.
Slogan Freedom-equlity-fraternity juga disebar oleh intelektual Yahudi, walaupun ia disampaikan dari mulut bangsa goyim.
Perkara ini jelas tertera dalam catatan Protokol Zionis dengan nama mengejek kaum goyim.
Dalam jurusan sains politik, Harold J Laski, pensyarah di London School of Economics and Political Science adalah juga ahli jawatankuasa Fabian. Beliau dianggap sebagai rujukan penting bagi pelajar-pelajar dalam bidang sains politik.
Beliau sebenarnya adalah arkitek dan pembangun Yahudi dalam merangka teori pemikiran politik goyim. Buku tulisannya dipelajari di sini, Dewan Bahasa dan Pustaka sendiri telah menterjemahkan salah sebuah karya politiknya. Bahkan Lee Kuan Yew suatu ketika dahulu pernah berguru dengan Harold J Laski.
Buku sains politik, The Social Contract, karya Jean Jacques Rousseau yang mengumandangkan idea abad ke-18, persamaan manusia menurut lumrah alam adalah produk Yahudi.
Siapakah meniupkan inspirasi kepada Rousseau yang buah fikirannya dalam buku itu didakwa berjaya menyumbangkan peratusan besar faktor penyebab meletupnya revolusi di Perancis tahun 1789 itu? Beliau adalah Dr. Kallen, seorang Yahudi ahli Kelab Fabian.

Sokongan Negara
LuarRevolusi Perancis memberikan keuntungan besar kepada Yahudi. Revolusi Perancis telah menghadiahkan kebebasan sivil kepada Yahudi di Eropah Barat.
Seterusnya, Dean Roscoe Pound (Yahudi penganjur liberalisme) Kemudian David Ricardo telah mengobarkan doktrin abad ke -19 iaitu idea persamaan manusia menurut kejenteraan.
Dalam sastera, pemikiran berbaur Yahudi tidak terkecuali dan tidak dapat dinafikan. Misalnya, feminisme, absurdisme, eksistensialisme, surrealisme, realisme magis atau romantisme.
Meskipun bebas dan tidak diterbitkan pemuka Yahudi secara terang-terangan, tetapi dari satu segi, semua isme ini seolah-olah melengkapi, menyetujui dan menyokong pernyataan dokumen tadi. Berapa ramai intelektual dan sarjana sastera Malaysia mabuk dan selalu berhujah dengan menggunakan teori di atas?
Semua ini menuju matlamat untuk membingungkan pemikiran bangsa bukan Yahudi dalam usaha mereka untuk menguasai dunia. Ini semua dijalankan untuk kepentingan mereka.
Mereka cuba meletakkan perangkap dalam setiap bidang kehidupan, samada untuk melekakan, membingungkan atau merosakkan.
Teori di atas tiada gunanya, Ia amat tidak praktikal sama sekali. Kita ambil contoh feminisme, bolehkan diwujudkan persamaan hak antara wanita dan lelaki?
Kesamaan atau ketidaksamaan hak wanita dan lelaki sudah jelas dalam al-Quran, maka apa lagi yang mahu diambil dari Feminisme?
Mungkin terdapat pemikiran yang dibawa Yahudi baik dan positif. Hal ini mengingatkan kepada kisah Nabi Muhammad SAW dengan sekumpulan wanita berkisar persoalan ahli nujum.
Mereka bertanya kepada baginda, mengapa meramal nasib diharamkan? Walhal tilikian itu adakalanya tepat. Baginda menjawab, samada tepat atau tidak, haram hukumnya meramal nasib. Ini kerana mereka mencampurkan antara kebenaran dan kebatilan.

Kesedaran
Seharusnya satu penilaian semula dilakukan ke atas semua teori dan ideologi yang selama ini kita praktikkan. Dalam tulisan ini khasnya, merujuk teori sastera.
apakah sebenarnya teori? apa perlu adanya teori? Apa relevannya teori?
Kita bimbang jika pemikiran kita dilekakan dengan pembuatan, perbahasan dan penamaan teori yang tiada gunanya dan semua ini akhirnya menjayakan misi Yahudi dalam melekakan pemikiran umat manusia dari menghadapi kenyataan dan masalah sebenar. Malah dikhuatiri produk dan calon intelektual yang dikeluarkan pusat pengajian tinggi kelak, hanya mengajar, membahas dan menyebut teori yang tidak ada gunanya, tidak berpijak di bumi nyata atau khayalan semata.
Kita akhirnya leka dan sesat dalam permainan teori dan ideologi semata. Juga dibimbangkan, dalam keadaan kita mengkritik kaum muda yang dijangkiti kuman penyakit sosial yang disebar Yahudi seperi budaya Hedonisme atau Hippies, golongan intelektual sendiri lebih dahsyat dilekakan dengan candu teori dan ideologi tak berguna ciptaan Yahudi.


Petikan dari: Akhbar Berita Mingguan, Ahad - 2 Jun 2002/http://www.darulnuman.com/mhikmah/teori/index.html